Masterpiece yang Retak
Aku masih melukis wajahmu,
meski bayangmu perlahan hilang dari ingatan.
Setiap garis kuas gemetar,
karena aku tahu—
aku sedang menggambar sesuatu
yang tak mungkin kembali nyata.
Aku ingin menyimpanmu dalam warna terang,
namun yang tersisa hanyalah kelabu.
Aku ingin kau tetap hidup dalam nadiku,
tapi detak ini hanya memantulkan hampa.
Seandainya bisa,
akan kubongkar ulang waktu,
kuhapus kesalahan,
dan kulukis kita tanpa retakan.
Tapi yang ada hanya kanvas retak,
tanganku yang penuh noda,
dan masterpiece yang tak pernah selesai—
namamu…
yang tetap kusebut dalam doa,
meski kau tak pernah mendengarnya lagi.
Oleh: Lly_Senandika