Sosok EJAE bisa dijadikan contoh nyata bahwa kegagalan tidak selalu berarti akhir dari sebuah perjalanan. Ia pernah bergabung di SM Entertainment dengan harapan bisa debut sebagai idol, namun langkah itu gagal terwujud. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Amerika, tanpa benar-benar meninggalkan semangatnya dalam bermusik.
Kesempatan kedua untuk mencoba kembali di SM Entertainment pun kandas, kali ini karena faktor usia yang dianggap terlalu tua untuk debut. Penolakan berulang semacam itu kerap membuat banyak orang menyerah. Namun EJAE memilih jalan berbeda. Ia menyalurkan bakatnya dengan menulis lagu, dan karyanya pun dipakai oleh banyak grup K-Pop ternama.
Dari balik layar, namanya mulai dikenal luas sebagai pencipta yang handal.Beberapa lagunya bahkan dinyanyikan oleh grup besar seperti Aespa (Drama, Armageddon), Red Velvet (Birthday, Psycho), KARD (ICKY), MISAMO dari TWICE(Funny Valentine), serta Fifty Fifty (Starry Night). Daftar ini menunjukkan bahwa kiprah EJAE tidak hanya sebatas satu karya, melainkan konsisten memberi warna dalam industri musik K-Pop.
Puncak pengakuan datang ketika lagu “Golden” dari film K-Pop Demon Hunters menjadi fenomena. Lagu ini bukan hanya meledak di Spotify dengan jutaan pendengar, tetapi juga menampilkan suara EJAE sendiri sebagai pengisi vokal. Dengan cara itu, ia membuktikan bahwa kiprah seorang musisi tidak terbatas hanya pada panggung, tetapi juga bisa bersinar lewat karya yang dinyanyikan oleh orang lain.
Kisah EJAE memperlihatkan bahwa usia, penolakan, atau kegagalan bukanlah penghalang mutlak. Selama ada tekad dan konsistensi, karya akan menemukan jalannya untuk sampai kepada publik. Dari perjalanan EJAE dapat dipahami bahwa keberhasilan sejati sering lahir dari kegigihan, bukan semata dari peluang yang datang dengan mudah.