Harga tembakau tahun ini merosot tajam, dari kisaran Rp60.000–Rp80.000 per kilogram pada tahun lalu menjadi hanya Rp20.000–Rp50.000 per kilogram. Penurunan harga ini membuat para petani di berbagai sentra tembakau mengeluh lantaran biaya produksi yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan hasil penjualan.Di sebuah gudang penyimpanan tembakau, tumpukan karung berisi daun tembakau terlihat menggunung. Stok melimpah karena perusahaan-perusahaan besar tidak lagi menerima pembelian. “Tahun ini stok di gudang penuh. Banyak PT yang menolak membeli karena pasokan dari petani terlalu banyak,” ujar Pak Shodiq, seorang petani tembakau di Kalikajar, Jumat (11/9).Anjloknya harga dipicu oleh dua faktor utama. Pertama, kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Hujan yang sering turun serta mendung yang berkepanjangan menurunkan kualitas daun tembakau. Kedua, jumlah petani yang menanam tembakau tahun ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun lalu, sehingga pasokan berlimpah dan harga tak terkendali.“Kalau tahun lalu bisa panen sedikit saja, hasilnya sudah cukup untuk biaya hidup. Sekarang meski panen banyak, harganya jatuh. Kami jelas rugi,” keluh Musthofa, petani lainnya.Sementara itu, pedagang pengumpul juga mengaku kesulitan menyalurkan hasil panen petani. “Permintaan dari pabrik turun drastis. Mereka menolak karena gudang sudah penuh. Akhirnya, kami pun bingung mau menaruh barang ke mana,” jelas Pak Alex, salah satu pengepul.Kondisi ini membuat petani berharap adanya kebijakan pemerintah untuk menstabilkan harga. “Kalau begini terus, petani bisa enggan menanam tembakau lagi tahun depan. Kami butuh solusi,” tambah Shodiq.Tetapi kini, harga tembakau sudah sedikit meningkat yakni Rp40.000–Rp60.000 per kilogram.