Opini

Aku menunggu mu di waktu senja

Senja selalu punya cara menghadirkanmu di pikiranku. Warna jingga yang perlahan tenggelam di ufuk barat mengingatkanku pada janji sederhana: “Tunggu aku di waktu senja, di tepi danau tempat kita biasa duduk.

Aku akan datang.”Hari itu aku kembali duduk di bangku kayu tua, di bawah pohon flamboyan yang sudah renta. Angin membawa aroma tanah basah, dan burung-burung kecil pulang ke sarangnya. Aku menunggu, seperti dulu. Menunggu dengan sabar, meski sudah entah berapa senja kulalui tanpa hadirmu.

Orang-orang di sekitarku mungkin menganggapku bodoh. “Mengapa menunggu seseorang yang tak pasti pulang?” begitu kata mereka. Tapi bagiku, menunggu bukan tentang kepastian. Menunggu adalah tentang kesetiaan pada kenangan, pada rasa yang pernah kau titipkan.Setiap riak danau, setiap cahaya matahari yang perlahan tenggelam, seakan membisikkan suaramu. Aku bisa membayangkan sosokmu berjalan perlahan, membawa senyum yang pernah membuat hatiku begitu damai.

Namun senja demi senja terus berlalu. Hanya aku dan bayanganmu yang hadir.Tetapi tak apa… selama senja masih ada, aku akan tetap duduk di sini. Karena barangkali suatu hari, entah kapan, kau benar-benar datang dan aku bisa berkata pelan, “Aku menunggumu di waktu senja, seperti yang kau minta.”

Related posts

Jam Tangan Mewah di Atas Perut Lapar

halo.narasimu

Dialog Hangat di Candi Jabung, Bupati Gus dr. Haris, Mahasiswa, dan Warga Sepakat Jaga Kedamaian Probolinggo.

Rafli Rhomadhoni

DARI TIKTOK KE RUANG KELAS: PEMADAM JADI ANCAMAN

Vellya Rahma

Leave a Comment